I. PENGERTIAN
INTELIGENSI
Menurut
Santrock, inteligensi merupakan keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk
beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalam hidup sehari-hari. Perbedaan
individual adalah cara dimana orang berbeda satu sama lain secara konsisten dan
tetap. Kita bisa berbicara tentang perbedaan individual dalam hal
kepribadiannya dan dalam bidang – bidang lain, namun inteligensilah yang paling
banyak diperhatikan dan dipakai untuk menarik kesimpulam tentang perbedaan
kemampuan murid.
Berikut
beberapa ahli yang mengemukakan pengertiannya mengenai inteligensi, yaitu:
- Menurut Terman,
Inteligensi adalah kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak.
- E. L Thorndike
berpendapat bahwa inteligensi merupakan kemampuan dalam memberikan respon yg
baik dari pandangan kebenaran atau fakta.
- MeWechsler
berpendapat bahwa inteligensi sebagai totalitas kemampuan seseorang utk
bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi
lingkungan dengan efektif.
- Flynn berpendapat
inteligensi adalah kemampuan berpikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar
dari pengalaman.
Menurut
Saifudin Azwar, diterangkan bahwa secara tradisional, angka normatif dari hasil
tes intelegensi dinyatakan dengan rasio (Quotient) dan diberi nama Intelligence
Quotient (IQ). IQ dapat mengalami perubahan yang dapat berupa kenaikan atau
penurunan, sesuai dengan yang dikemukakan oleh W.S Winkel bahwa: “IQ dapat
mengalami kenaikan atau penurunan dalam batas-batas tertentu, seperti batas
kurun waktu dan umur anak. Akan tetapi perubahan tersebut tidak bersifat
mencolok, artinya hasil testing pada saat tertentu dan hasil testing beberapa
waktu kemudian memiliki variasi yang kecil”
II. TES INTELIGENSI
Berikut
bebearapa contoh tes inteligensi individu berdasarkan basis individual.
A.
TES BINET
Binet
dan mahasiswanya, Theopile simon menyusun skala 1905. Tes ini terdiri dari 30
pertanyaan, mulai dari kemampuan menyentuh telinga, kemampuan menggambar desain
berdasarkan ingatan, dan mendefinisikan konsep abstrak. Binet mengembangkan
konsep mental age (MA) atau usia mental, yang merupakan level perkembangan mental
individu yang yang berkaitan dengan perkembangan lain.
|
Tak lama kemudian, pada 1912 William Stern menciptakan konsep Intelligence Quotient (IQ), yaitu usia menal seseoran dibagi dengan usia kronologisnya., dikalikan 100. Jadi rumusnya :
Tes
ini memberi kesimpulan mengenai :
-
Jika usia mental sama dengan usia
kronologis, IQ = 100
-
Usia
mental dapat berbeda dengan usia kronologis
-
Bila usia
mental di atas usia kronologis maka IQ > 100
-
Bila usia
mental di bawah usia kronologis maka IQ < 100
B.
SKALA WECHSLER
Tes
lain yang banyak digunakan untuk menilai inteligensi murid dinamakan skala
Wechsler, yang dikembangkan oleh David Wechsler. Selain menunjukkan IQ
keseluruhan, David Wechsler memperkenalkan IQ verbal dan IQ Performance.
Tes ini juga mencakup WPPSI-R: (Wechsler
Preschool dan Primary Sale of Intelligence-Revised) untuk usia 4 – 6,5 tahun ,
WISC-R (Wechsler Intelligence Scale for Children – Revised untuk usia 6 – 16 tahun) dan WAIS-R (Wechsler Adult
Intelligence Scale – Revised).
Selain tes inteligensi individu, ada juga tes yang
dilakukan secara berkelompok, yaitu :
-
Lorge-Thorndike
Intelligence Tests
-
Kuhlman-Anderson
Intelligence Tests
-
Otis-Lennon
School Mental abilities
C.
TES INDIVIDUAL VERSUS TES KELOMPOK
Tes
Individual
|
Tes
Kelompok
|
- Kurang
ekonomis
- Pemahaman
murid akan
lebih baik
- Dapat
menyusun laporan
individual
- Dapat
mengukur tingkat
kecemasan murid
|
- Lebih
nyaman bagi anak
- Ekonomis
- Pemahaman
murid mungkin
terbatas
- Tidak
dapat disusun
laporan individual
- Tidak
dapat mengukur
tingkat kecemasan murid
|
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W. 2007. Psikologi
Pendidikan Edisi Kedua. Universitas of Texas at Dallas
0 komentar:
Posting Komentar